Perjalanan Piala Dunia 2022 bisa jadi sebagai turnamen FIFA yang paling dramatis. Selain dipuji karena tampilkan kemewahan dan sisi lain jazirah Arab, turnamen ini juga ramai dengan masalah. Sejak awal persiapan yang dikebut mulai tahun 2010 hingga hari ini, Piala Dunia 2022 terus dibanjiri oleh kritik tajam. Banyak yang menganggap pemilihan Qatar sebagai tuan rumah tidak fair. Pihak Qatar disebut melakukan suap agar bisa dipilih jadi penyelenggara.
Baca Juga:
Prediksi Bola Lengkap Disini!
Masalah pun tak berhenti sampai di situ. Para pengamat HAM ramai-ramai menyudutkan Qatar sebab pemerintahnya dianggap gagal melindungi nasib pekerja migran. Kisruh tersebut terus berlanjut hingga sekarang. Sejumlah negara pun sudah mengeluarkan seruan boikot piala dunia 2022.
Perjalanan Piala Dunia 2022 Hingga Diprotes Arab Saudi
Tak cuma para pengamat HAM, penolakan terhadap penyelenggaraan piala dunia 2022 di Qatar juga datang dari negara tetangganya, Arab Saudi. Pada tahun 2017 lalu, hubungan kedua negara sempat mengalami ketegangan. Kondisi itu juga berimbas pada persiapan yang tengah dilakukan Qatar untuk menyambut turnamen piala dunia.
Ketegangan hubungan bilateral antara Arab Saudi dan Qatar akhirnya sampai juga ke telinga FIFA. Masalah tersebut merembet ke banyak pihak setelah Arab Saudi berulah dengan mengirimkan korespondensi kepada pihak FIFA. Dalam suratnya, Arab Saudi menyebut Qatar sebagai sarang teroris. Secara tegas Arab Saudi juga menginformasikan jika pemerintah Qatar terlibat dalam pembiayaan gerakan dan organisasi terorisme di seluruh dunia.
Setelah menyampaikan informasi yang sangat sensitif itu kepada FIFA, Arab Saudi kemudian mengajukan keberatan pada keputusan FIFA. Mereka memprotes penetap Qatar sebagai tuan rumah piala dunia 2022. Arab Saudi juga meminta FIFA untuk membatalkan rencana penyelenggaraan piala dunia 2022 di negara tetangganya tersebut.
Meski sempat bersitegang dan Arab Saudi mengirim protes di masa lalu, namun hubungan kedua negara saat ini sudah terjalin kembali. Tim nasional Arab Saudi pun dipastikan akan ikut tampil pada pagelaran piala dunia 2022 yang akan dilangsungkan pada penghujung November hingga pertengahan Desember mendatang. Sayangnya, The Green Falcon diprediksi bakal tersingkir dengan mudah mengingat lawan-lawan yang akan mereka hadapi jauh lebih tangguh dan berpengalaman.
ISIS Kirim Ancaman
Jauh sebelum Qatar berhasil merampungkan persiapan Piala Dunia 2022 seperti sekarang, mereka harus berhadapan dengan berbagai situasi yang cukup berbahaya. Salah satunya terjadi di tahun 2014. Saat itu, ISIS atau NIS (Negara Islam Syiria) mengancam akan bertindak jika piala dunia 2022 tetap dilaksanakan di Qatar. Dalam pernyataan yang mereka sampaikan kepada FIFA, petinggi ISIS minta agar piala dunia 2022 dibatalkan.
ISIS sendiri merupakan salah satu jaringan teroris terbesar di dunia. Mereka berambisi membentuk sistem pemerintahan khilafah dan tak segan-segan menggunakan tindak kekerasan sebagai alat intimidasi. Selain sangat anti dengan perbedaan pendapat dan dominasi barat, ISIS juga dikenal mahir dalam menyebarkan propaganda. Mereka dilaporkan telah membunuh anak-anak hingga perempuan di Syiria, menghancurkan berbagai situs bersejarah, hingga mengirim simpatisan untuk melakukan serangan bom di seluruh dunia.
Pernyataan ISIS yang terbit pada awal juni tahun 2014 silam menyatakan Qatar merupakan wilayah yang sudah masuk dalam teritori mereka. Sebagai pemegang tampuk kepemimpinan di Timur Tengah, ISIS tidak mengizinkan piala dunia dilaksanakan di wilayah kekuasaannya. Dalam pandangan ISIS, sepak bola merupakan hal yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman.
Melalui pernyataannya, ISIS juga menyarankan kepada FIFA untuk mencari lokasi pengganti. Jika FIFA tidak mengindahkan perintah itu, ISIS mengatakan mereka akan mengirim rudal jarak jauh yang dapat mencapai Qatar dengan sangat mudah. Meski Qatar dan FIFA tak memberi respons, ancaman ISIS itu sempat menimbulkan kepanikan. The Sunday Times mengingatkan pemerintah Qatar untuk meningkatkan keamanan. Menurut mereka, rencana penyelenggaraan Piala Dunia 2022 berpeluang batal seluruhnya karena serangan teror yang mungkin terjadi di negara itu.