Tak sampai 3 minggu lagi, pesta Piala dunia 2022 akan dilaksanakan di Qatar. Dalam kalender resmi yang disusun oleh FIFA, Piala Dunia 2022 akan dibuka secara resmi pada 20 November mendatang. Acara pembukaan tersebut diprediksi akan jadi salah satu yang paling mewah dalam sejarah piala dunia. Maklum saja, pemerintah Qatar telah mengucurkan dana dalam jumlah yang sangat besar untuk menggelar pesta pembukaan piala dunia. Acara tersebut akan menampilkan kemegahan yang belum pernah ada sebelumnya namun hal tersebut di Sesal Mantan Presiden FIFA.
Setelah pesta pembukaan rampung, agenda selanjutnya adalah turnamen penyisihan grup. 32 kesebelasan yang telah dibagi dalam beberapa grup akan menjalani laga melawan setiap tim yang berada di grup yang sama. Dari seluruh pertandingan, hanya 2 tim terbaik dari masing-masing grup sajalah yang akan meneruskan langkah ke babak 16 besar.
Babak 16 besar merupakan partai yang sangat dinantikan. Putaran ini diyakini akan berlangsung dengan sengit, penuh drama, dan diwarnai rivalitas panas antar tiap kesebelasan. Meski sangat sulit namun beberapa tim kuat diprediksi bakal melalui penyisihan 16 besar dengan mudah. Brasil, Argentina, hingga Prancis diprediksi dapat melenggang mulus hingga ke perempat final bahkan grand final.
Baca Juga:
Prediksi Lengkap Bola Disini!
Terlepas dari kemeriahan dan keseruan prediksi jelang turnamen piala dunia, problem baru justru diungkap oleh Sepp Blatter. Blatter adalah presiden FIFA yang menjabat hingga tahun 2015. Kepemimpinan Blatter lantas dilanjutkan oleh Gianni Infantino hingga sekarang. Dalam wawancara dengan media Anzeiger, Blatter mengungkapkan sesal terkait penetapan Qatar sebagai tuan rumah piala dunia 2022. Menurut Blatter, hal itu merupakan kesalahan yang dilakukan FIFA pada masa kepemimpinannya.
Sesal Mantan Presiden FIFA Karena Negara Kecil Qatar
Ada berbagai kesalahan yang dalam pemilihan tuan rumah piala dunia 2022. Secara terang-terangan Blatter mengatakan piala dunia sebagai ajang yang sangat besar. Seharusnya saat itu FIFA memilih negara dengan luas wilayah yang lebih besar. Qatar sendiri merupakan negara dengan luas wilayah yang terbilang cukup sempit. Di banding sejumlah negara tetangganya, negara Qatar memang relatif kecil.
“Qatar merupakan salah satu negara yang sangat kecil. Mereka akan sulit menampung turnamen piala dunia dan segala hal yang berkaitan dengan itu.” Kata Blatter.
Selain soal wilayah yang tak mendukung, Blatter juga mengungkap isu pelanggaran HAM di Qatar tidak jadi hal yang terlalu dipikiran pada tahun 2010. Padahal isu itulah yang kemudian menyulut polemik tak berkesudahan hingga saat ini. Kontroversi yang terus muncul menyadarkan Blatter jika pihaknya telah mengambil keputusan yang tidak tepat.
“Saya mengakui, memilih mereka (Qatar) adalah kesalahan fatal. Mereka adalah yang terburuk.” Pungkas Blatter.
Ambil Banyak Pelajaran
Meski sudah tidak lagi menjabat sebagai presiden FIFA, namun untung bagi Blatter sebab dia masih sempat melakukan perbaikan. Sebelum lengser dari kursi pimpinan FIFA, Blatter mengatakan dirinya telah melakukan berbagai perubahan di tubuh FIFA. Salah satunya ialah dengan memperketat syarat dan proses pemilihan tuan rumah piala dunia selanjutnya. Blatter tidak ingin negara yang tak kredibel kembali dipercaya menggelar turnamen piala dunia.
Blatter mengaku mendapatkan banyak pelajaran dari Qatar dan segala kontroversinya. Oleh sebab itu, dalam aturan pemilihan tuan rumah yang diresmikan tahun 2012 lalu memasukkan sejumlah pertimbangan baru. Selain punya ukuran wilayah yang memadahi, tuan rumah piala dunia juga harus memiliki catatan yang baik seputar perlindungan HAM, kontribusi sosial, hingga jaminan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.